Friday 17 May 2013

PUISI : PEKERJA BERSATU !


Pekerja

Bangun awal sebelum senja,
Mandi-manda bergegas ke kerja,

Akur menurut arahan majikan,
Rajin memikul beban yang disediakan,

Mengumpul harta bagi yang berada,
Walaupun maksudnya merompak yang tiada,

Keperitan hidup tidak dihiraukan,
Asal ada kuli walaupun yang disederhanakan,

Kepenatan petang dirasa di badan,
Kepenatan pagi dirasa di hati,

Satu-satunya risau pekerja,
Dapatkah suap anak dan keluarga,

Mungkinkah hari esok akan bahagia,
Walaupun hari ini tidak memiliki apa-apa.

Yang kaya semakin kaya,
Yang miskin semakin merana,

Itulah hakikat sistem yang dipilih,
Sistem yang mengampu pada golongan elit,

Kaya sungguh Negara saya,
Kekayaan yang tak melimpah ke rakyat jelata,

Itulah hakikat sistem yang dipilih,
Rakyat yang rajin sering disisih,

Segelintir yang kecil mengawal jentera kapitalisma,
Rakyat biasa menjadi buah caturnya dan hamba,

Itulah hakikat sistem yang dipilih,
Perhambaan terhadap manusia yang disisih,

Apa perbezaan awak dan saya,
Perbezaan warna hanya dimata,

Saya dan awak hamba sama hamba,
Hamba kepada golongan berada,

Perbezaan kaum hanya dimata,
Persaudaraan kelas adalah satu-satunya yang nyata,

Bersatulah pekerja tanpa mengira bangsa dan agama,
Untuk menuntut sistem yang saksama.


YUVA

PENINDASAN KE ATAS WANITA SEMAKIN MENINGKAT



PERJUANGAN KELAS PERLU UNTUK PEMBEBASAN WANITA



Dengan kepergian Jyoti – seorang wanita baik namun menjadi mangsa rogol beramai-ramai di dalam sebuah bas di New Delhi sehingga mengakibatkan kematiannya, dunia pun seolah-olah sudah senyap akan isu kekejaman dan penindasan terhadap perempuan yang sememangnya menjadi-jadi di India. 

Saturday 11 May 2013

GE13: RULING BARISAN NASIONAL’S WIDESPREAD FRAUD ENRAGES OPPOSITION SUPPORTERS AND YOUNG PEOPLE



THE OPPOSITION ALLIANCE, PAKATAN RAKYAT (PEOPLE’S ALLIANCE), GAINED THE MOST VOTES AND PLANS TO EXPOSE THE ELECTION FRAUD AND CLAIM VICTORY. A NEW WAVE OF STRUGGLES FOR DEMOCRATIC RIGHTS COULD EMERGE.

Barisan Nasional - the ‘National Front’ coalition - has governed Malaysia for all of the 56 years since independence from British rule. Once again in the 13th general election, held on 5th May, it claims to have won outright the federal power. This is partly due to the first-past-the-post voting system but also to blatant gerrymandering and vote-rigging as well as an Election Commission that favours the ruling coalition.

The day after the election, share prices of government-linked companies and others closed at ‘historic highs’. This showed that the capitalist class was relieved that the BN had retained power rather than an untested government of Pakatan Rakyat (PR) coming in. The pro-capitalist policies that have all this while been favouring big businesses would continue. The malpractices and irregularities in the elections showed the desperate attempts by BN to safeguard its crony capitalism as well as to prevent many of its scandals and corruptions being investigated by a new government of PR.

Regardless of the rigging and election ‘goodies’ worth billions of ringgits being distributed by the ruling government, PR still managed to do better than at the last general election in 2008. The ‘political Tsunami’ of that year dramatically changed the political climate in Malaysia; for the first time since 1969, the opposition denied the BN a two-thirds majority in parliament. It also won power in some states including the richest two - Selangor and Penang.